Tokoh Kharismatik Agama Garut KH.Aceng Abdul Mujib: Dakwah di Tengah Sorotan Publik,Ulama Tegaskan Peran Santri dan Pesanteran dalama Menjaga NKRI.

Portal Warta Belanegara.Garut 24 juni 2025.Di tengah derasnya arus digital dan informasi yang sering kali dipelintir keluar dari konteks, seorang ulama asal Garut, KH. Aceng Abdul Mujib atau yang akrab di sapa Ceng Mujib, menjadi sorotan publik usai potongan ceramahnya viral di media sosial.

Video tersebut menampilkan dirinya tengah menyampaikan tausiyah dalam forum munaqosah (uji kemampuan santri), namun dipotong dan dikemas seolah-olah sebagai bentuk serangan terhadap kepala daerah.
Fenomena ini memantik diskusi di berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum hingga tokoh agama dan politik.

Di tengah riuhnya opini publik, KH. Aceng akhirnya angkat bicara, memberikan klarifikasi serta mengajak semua pihak untuk kembali melihat substansi ceramahnya yang sarat akan nilai kebangsaan, tanggung jawab moral generasi muda, dan pentingnya menjaga keutuhan NKRI.

Ceramah yang Mengingatkan, Bukan Menyerang

Dalam keterangannya, KH. Aceng Abdul Mujib menjelaskan bahwa dakwah yang ia sampaikan adalah bentuk kepedulian terhadap nasib bangsa dan arah masa depan Indonesia.

Di sisi lain, dia menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam menghadapi tantangan menuju Indonesia Emas 2045 sebuah visi besar yang hanya bisa dicapai apabila generasi bangsa memiliki kesiapan mental, spiritual, dan kebangsaan yang kuat.

“Kalau generasi muda kita tidak bangkit, tidak punya semangat juang, bagaimana bisa menembus Indonesia Emas 2045?” ujarnya tegas dalam sebuah wawancara khusus diruang kerjanya bersama awak media di Sekretariat Almagari Kecamatan Garut Kota,Kabupaten Garut, Jawa Barat. Selasa, (24/06/2025).

Menurutnya, membangun bangsa bukan hanya soal infrastruktur atau teknologi, tetapi lebih dalam lagi menyangkut pembentukan karakter, moralitas, dan visi kebangsaan yang utuh.

Santri dan Pesantren: Garda Depan Penjaga Bangsa

KH. Aceng menyampaikan bahwa pesantren bukan sekadar institusi pendidikan agama, tetapi juga benteng moral bangsa yang telah teruji sejak masa penjajahan hingga era kemerdekaan. Ia menegaskan bahwa santri dan ulama harus terus memperkuat empat pilar kebangsaan:
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

BACA JUGA  Komite Olahraga dan Seni Pesantren Indonesia (KOSPI) Gagasan Positif dari Wa Aceng Beton.

“Saya yakin ulama-ulama dari NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya selalu menyerukan agar kita menjaga persatuan dan keutuhan bangsa,” ucapnya.

Ia juga menolak keras tuduhan bahwa ceramahnya menyebarkan ujaran kebencian. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa pesan yang ia sampaikan justru mendorong generasi muda untuk bersikap kritis, namun tetap santun, cinta tanah air, dan proaktif dalam pembangunan.

Kritik yang Membangun, Bukan Kebencian

Menanggapi reaksi negatif terhadap potongan video ceramahnya, KH. Aceng menyayangkan adanya pihak-pihak yang secara gegabah menilai isi tausiyahnya tanpa memahami konteks secara utuh.

“Saya bukan bagian dari tim manapun. Saya tidak sedang menyerang siapa-siapa. Kalau kita mendukung, dukunglah dengan cara yang benar. Dan kalau ada kritik, jangan langsung dianggap menyerang,” jelasnya.

Menurutnya, kritik adalah bentuk kasih sayang dan tanggung jawab warga negara. Pemerintah bukan institusi yang suci dari kesalahan, dan kritik seharusnya diterima sebagai masukan, bukan dimaknai sebagai bentuk perlawanan.

“Pemerintah bukan malaikat. Bisa saja salah. Tapi jangan juga kita hanya bisa mencaci. Bangunlah dengan solusi,” tambahnya.

Agama dan Politik: Satu Kesatuan dalam Sejarah Bangsa

Dalam ceramahnya, KH. Aceng juga menyinggung pentingnya keterlibatan ulama dalam ranah sosial-politik. Baginya, agama tidak bisa dipisahkan dari urusan kebangsaan. Sejarah Indonesia mencatat peran besar ulama dalam perjuangan fisik maupun diplomasi melawan penjajahan.

“Ulama dulu itu tidak hanya berdoa di masjid, tapi juga ikut memimpin perang, menyusun strategi perjuangan. Maka jangan heran jika hari ini ulama berbicara tentang politik. Itu bagian dari amanah sejarah dan tanggung jawab moral,” tegasnya.

Ia mengecam narasi yang mencoba menyingkirkan peran agama dari ruang publik, dan mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersikap jernih dalam menyikapi peran ulama.

BACA JUGA  GMNI Garut Serukan Serangan Balik terhadap Mafia Tanah: Audiensi Dorong Penuntasan Redistribusi, Bansos, dan Kekerasan Warga

Ajakan untuk Bijak dan Dewasa dalam Menyikapi Informasi

KH. Aceng menutup pernyataannya dengan seruan moral kepada seluruh elemen masyarakat dan pemerintah agar tidak mudah terprovokasi oleh potongan-potongan informasi yang tidak utuh. Ia menegaskan bahwa niatnya sejak awal adalah menyampaikan nasihat kebaikan, bukan menciptakan kegaduhan.

“Saya manusia biasa. Kalau ada yang tersinggung dengan ucapan saya, saya minta maaf. Tapi jangan pula saya digambarkan sebagai musuh pemerintah. Justru saya selalu mendukung program-program pemerintah yang baik dan pro-rakyat,” katanya.

Ia juga mengimbau agar para pemimpin dan pejabat publik lebih terbuka terhadap kritik dan masukan, khususnya dari kalangan pesantren dan tokoh masyarakat.

“Kita ini semua punya niat yang sama: menjaga bangsa, membangun negeri. Jangan saling curiga hanya karena perbedaan cara menyampaikan,” tutupnya.

Catatan Redaksi: Fenomena viralnya potongan video ceramah KH. Aceng Abdul Mujib menjadi pelajaran penting bagi masyarakat untuk tidak gegabah dalam menyimpulkan isi pesan keagamaan yang bersifat mendalam dan kompleks.

Di era digital, kehati-hatian dalam menyebarkan informasi menjadi bagian dari tanggung jawab bersama untuk menjaga suasana kebangsaan yang kondusif. (Red)