Portal warta bela negara Com-8 September 2025-Di era digital, makar menjelma dalam wajah baru: hoaks, fitnah, hingga manipulasi opini publik. Ia menyusup diam-diam lewat gawai di tangan kita, memengaruhi cara berpikir dan menentukan arah sikap. Namun sesungguhnya, konspirasi bukanlah fenomena modern. Sejak zaman para nabi, ia selalu menjadi bagian dari panggung sejarah manusia. Bedanya, kini ia tampil lebih halus, masif, dan seolah tanpa batas.
Al-Qur’an telah menegaskan: “Mereka membuat makar, dan Allah menggagalkan makar itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas makar.” (QS. Al-Anfal: 30). Ayat ini meneguhkan, makar manusia tak pernah melampaui skenario Ilahi. Tetapi umat tetap wajib menyiapkan strategi sebagaimana diajarkan para nabi.
Iman yang Meneguhkan
Ketika terdesak di tepi Laut Merah, Bani Israil panik menghadapi kejaran Fir’aun. Namun Nabi Musa menenangkan mereka: “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62). Dari iman inilah lahir ketenangan, keberanian, dan jalan keluar.
Ikhtiar yang Cerdas
Rasulullah SAW saat hijrah tidak hanya berdoa, tapi juga merancang strategi matang: menugaskan Ali tidur di ranjangnya, bersembunyi di Gua Tsur, hingga memilih jalur perjalanan yang tak biasa. Tawakal tidak berarti pasrah tanpa usaha, melainkan berjalan beriringan dengan ikhtiar.
Persatuan yang Menguatkan
Perang Ahzab adalah bukti kekuatan ukhuwah. Saat Madinah dikepung koalisi besar, Rasulullah menyatukan Muhajirin dan Anshar. Dengan parit yang kokoh dan persaudaraan yang teguh, makar sebesar apa pun akhirnya runtuh.
Pelajaran Abadi
Tiga strategi Qur’ani—iman, ikhtiar, dan ukhuwah—tetap relevan hingga kini. Ia menjadi kunci menghadapi arus informasi sesat, dominasi budaya, maupun tekanan ekonomi global.
“Sehebat apa pun makar, ia pasti runtuh bila iman, ikhtiar, dan persatuan umat dijaga.”
Janji Allah pun memberi optimisme: “Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun.” (QS. Ali Imran: 120). Sejarah membuktikan, makar hanya sementara. Sedangkan pertolongan Allah, abadi.
Namun, apakah sejarah makar hanya berhenti di masa para nabi? Ataukah ia terus berulang dengan pola berbeda sepanjang zaman? Jawabannya ada di Bagian 4, ketika kita menyingkap jejak makar yang membentuk peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat. Wallohu a’lam bisshowab.
Bersambung….
(Jajang ab)