Portal wartaBela Negara Garut 13 mei 2023.Desa Mekargalih terus menunjukkan komitmennya dalam membangun masyarakat yang mandiri dan ramah lingkungan. Salah satu terobosan terbaru datang dari Kepala Desa Mekargalih, H. Ateng Sopandi, yang mengajak seluruh warga desa untuk terlibat dalam kegiatan pertanian mandiri melalui program pembagian bibit tanaman dan polybag. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan warga, tetapi juga mendidik masyarakat dalam memanfaatkan sampah organik rumah tangga sebagai pupuk alami.
Menurut H. Ateng Sopandi, banyak potensi yang dapat digali dari lingkungan sekitar, salah satunya adalah limbah organik rumah tangga yang sering kali terbuang begitu saja. “Kita bisa manfaatkan sampah dapur seperti sisa sayuran, kulit buah, dan ampas makanan untuk dijadikan pupuk kompos. Ini sangat baik untuk tanaman dan tentunya ramah lingkungan,” ungkapnya dalam sosialisasi program yang diadakan di balai desa.
Program ini menawarkan berbagai jenis bibit tanaman seperti cabai, tomat, terong, kangkung, dan bayam yang bisa ditanam langsung oleh warga di pekarangan rumah masing-masing menggunakan polybag yang juga disediakan gratis oleh desa. Dengan konsep urban farming sederhana ini, warga tidak perlu memiliki lahan luas untuk mulai bertanam.
Lebih lanjut, H. Ateng juga menekankan pentingnya edukasi dan pendampingan dalam proses pemanfaatan sampah organik. “Kita akan adakan pelatihan singkat bagaimana mengelola sampah dapur menjadi pupuk kompos. Tidak sulit, hanya perlu kesabaran dan konsistensi. Nantinya hasil pertanian dari bibit ini bisa untuk konsumsi sendiri, bahkan dijual jika hasilnya melimpah,” jelasnya.
Antusiasme warga pun cukup tinggi. Beberapa ibu rumah tangga bahkan mengaku sudah mulai mengumpulkan sampah organik di rumah mereka untuk dijadikan kompos. Program ini juga didukung oleh kelompok tani lokal dan kader lingkungan desa yang akan membantu dalam pendistribusian bibit serta polybag.
Dengan program ini, H. Ateng berharap Desa Mekargalih bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengembangkan pertanian ramah lingkungan yang berbasis kemandirian masyarakat. Selain memperkuat ketahanan pangan keluarga, program ini juga mengajarkan nilai-nilai cinta lingkungan dan hidup berkelanjutan.
“Inilah bentuk gotong-royong modern. Kita manfaatkan apa yang ada, kita tanam apa yang kita makan, dan kita pupuk dengan yang kita buang. Mudah-mudahan ini jadi awal yang baik untuk Mekargalih yang lebih hijau dan mandiri,” tutup H. Ateng Sopandi dengan optimis.(Taufik)