Intrik Internal dan Jejaring Konspirasi Munafik,Yahudi,dan Krisis Kepercayaan di Madinah

 

(Bagian 5)
Oleh: Aep Saepullah Mubarok

Portal warta bela negara Com-11 September 2025-Jika di Makkah makar kaum musyrikin dilakukan terang-terangan dengan kekerasan fisik, maka di Madinah bentuknya jauh lebih halus, sistematis, dan berlapis. Tantangan yang dihadapi umat Islam tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam tubuh umat itu sendiri. Dua aktor paling berpengaruh adalah kaum munafik dan sebagian kelompok Yahudi.

Kaum munafik, dengan Abdullah bin Ubay sebagai tokoh sentral, tampil seolah-olah Muslim sejati. Mereka hadir di masjid, duduk dalam majelis Rasulullah SAW, bahkan ikut dalam aktivitas umat. Namun di balik topeng itu, mereka menyusun makar, menyebar fitnah, dan merusak persatuan. Al-Qur’an melukiskan sikap mereka dengan sangat jelas:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا ۖ وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
“Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka berkata, ‘Kami beriman.’ Tetapi apabila kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata, ‘Kami bersama kalian, kami hanya berolok-olok.’” (QS. Al-Baqarah: 14).

Di sisi lain, sebagian kelompok Yahudi yang semula terikat Piagam Madinah justru mengkhianati kesepakatan. Mereka menjalin konspirasi dengan musuh luar, memprovokasi masyarakat, dan merongrong stabilitas kota. Kasus pengkhianatan Bani Nadhir dan Bani Quraizhah menjadi bukti nyata bagaimana ancaman internal bisa lebih berbahaya daripada serangan terbuka.

Konspirasi ini mencapai puncaknya pada berbagai peristiwa besar. Dalam Perang Uhud, propaganda kaum munafik membuat barisan Muslim goyah. Tak lama kemudian, muncul fitnah keji yang menimpa ‘Aisyah RA, istri Rasulullah SAW. Ia dituduh berzina dengan Shafwan bin al-Mu‘aththal RA setelah Perang Bani Musthaliq. Tuduhan dusta itu nyaris menghancurkan rumah tangga Nabi dan mengguncang moral umat Islam. Namun Allah SWT menurunkan ayat yang menjadi peneguhan iman:

BACA JUGA  Apel Gabungan Malam di Gelar Dalam Rangka kegiatan Rutin yang Ditingkatkan di Kecamatan Malangbong

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu…” (QS. An-Nur: 11).

Dari sini kita belajar, makar tidak selalu berbentuk pedang atau pasukan. Ia bisa hadir dalam wujud perang opini, hoaks, fitnah, dan manipulasi psikologis.

Pelajaran terpenting: kekuatan umat Islam bukan terletak pada jumlah pasukan atau kekayaan materi, melainkan pada keteguhan iman, persatuan, dan kepemimpinan yang kokoh. Musuh dari luar memang berbahaya, tetapi musuh dari dalam jauh lebih mematikan. Puncak intrik kaum munafik dan pengkhianatan sebagian Yahudi akhirnya melahirkan koalisi besar lintas kabilah dalam Perang Ahzab, yang menjadi ujian total bagi daya tahan umat Islam.

Wallāhu a‘lamu bish-shawāb.
(Jajang ab)