Dahsyat,Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Disebut Termahal di Asia Tenggara,Layakah untuk Pelajar,?

Portal warta bela negara Garut, 25 Juni 2025 – Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan yang terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, kembali menjadi sorotan. Pasalnya, biaya kunjungan ke destinasi wisata alam ini disebut-sebut sebagai salah satu yang termahal di Asia Tenggara, terutama bagi kalangan pelajar.

Berdasarkan laporan warga dan pengunjung, biaya yang harus dikeluarkan oleh dua orang siswi sekolah yang datang menggunakan satu sepeda motor pada hari biasa mencapai angka yang cukup mencengangkan, yakni Rp 77.000. Rinciannya sebagai berikut:

Karcis Masuk Roda Dua (Motor): Rp 12.000

Tiket Masuk Pelajar (per orang): Rp 30.000 × 2 = Rp 60.000

Biaya Parkir di Dalam: Rp 5.000

Total: Rp 77.000

Dengan biaya sebesar itu, muncul pertanyaan di tengah masyarakat: Apakah harga ini layak dan pantas diberlakukan bagi pelajar yang ingin mengenal kekayaan alam negerinya sendiri?

Beberapa netizen di media sosial menyayangkan tingginya biaya masuk tersebut. “Gunung dan alam adalah milik rakyat, kenapa anak sekolah yang datang belajar malah dibebani biaya semahal ini?”

Sementara itu, pihak pengelola belum memberikan keterangan resmi terkait struktur tarif yang dinilai memberatkan tersebut. Namun, diketahui bahwa TWA Gunung Papandayan dikelola di bawah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, dan memiliki kebijakan tarif berdasarkan aturan pemerintah yang diatur dalam PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

Sebagai perbandingan, beberapa taman nasional di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand menetapkan tarif pelajar lokal di bawah Rp 20.000, bahkan ada yang gratis untuk kegiatan edukasi.

Panggilan untuk Evaluasi

Pemerhati pendidikan dan lingkungan menilai bahwa perlunya evaluasi tarif khusus bagi pelajar, agar kegiatan wisata edukatif ke kawasan konservasi tidak menjadi beban ekonomi, terutama bagi siswa dari keluarga menengah ke bawah.

BACA JUGA  Pembangunan TPT di Desa Cihaurkuning:Upaya Antisipasi Longsor dan Bentuk Transparansi Dana Desa

“Wisata edukasi harusnya difasilitasi, bukan dipersulit dengan biaya tinggi. Kalau anak-anak bangsa tidak bisa menikmati dan belajar dari kekayaan alamnya sendiri, lalu siapa yang akan menjaganya di masa depan?” ujar Dede Kurnia, aktivis lingkungan asal Garut.

Warga berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat untuk meninjau kembali tarif wisata alam yang dikenakan kepada pelajar, demi menciptakan generasi yang mencintai dan memahami pentingnya pelajar

(Jajang ab)