Bagian 4 “Ketika UMKM Bicara, Ekonomi Bergerak” Oleh: Aep Saepullah Mubarok

 

Portal warta bela negara Garut. 15 September 2025- UMKM sering kita dengar disebut sebagai tulang punggung ekonomi bangsa. Namun, sebutan itu bukan sekadar angka dalam laporan atau slogan di baliho. UMKM adalah wajah nyata perjuangan: seorang ibu yang bangun sebelum subuh menyiapkan kue jualannya, anak muda yang tak kenal lelah merintis usaha dari kamar kos, atau bapak-bapak yang memilih bertahan dengan usaha kecil ketimbang menyerah pada keadaan.

Setiap langkah kecil mereka adalah “suara” yang bicara lantang: bahwa ekonomi Indonesia sesungguhnya bergerak dari bawah, dari rakyat biasa.

Di Bandung, Surabaya, hingga Garut, kita bisa melihat bukti itu. Dari dapur rumah, dari kios sempit di pinggir jalan, dari ide sederhana yang lahir di tengah keterbatasan, tercipta peluang yang menghidupi banyak orang. Pemasok bahan baku ikut terbantu, ojek online mendapat order, pelanggan puas, bahkan tetangga ikut termotivasi. Inilah gema suara UMKM—kecil di awal, tapi dampaknya bisa jauh menjalar.

Apa rahasianya?

Mereka berangkat dari kebutuhan nyata. UMKM lahir dari persoalan sehari-hari: dapur, sekolah anak, hingga sampah rumah tangga.

Mereka memanfaatkan teknologi sebagai pengeras suara. Instagram, marketplace, hingga WhatsApp jadi jembatan memperluas jangkauan.

Mereka tidak berjalan sendiri. Kebersamaan membuat usaha kecil tumbuh jadi gerakan.

Mereka menjadikan kepercayaan sebagai modal utama. Kejujuran membuat pelanggan setia.

Mereka berani merayakan kemajuan kecil. Seratus ribu pertama, pelanggan pertama, atau karyawan pertama—semua adalah kemenangan besar.

Dari sini kita belajar: UMKM bukan sekadar “usaha kecil”. Ia adalah denyut nadi masyarakat. Ketika UMKM bicara lewat kerja keras, ketulusan, dan keberanian, maka yang bergerak bukan hanya barang dan uang, tetapi juga hati banyak orang. Dan di situlah, ekonomi bangsa menemukan napas dan harapannya.

BACA JUGA  Kunjungan dan Bantuan Anggota DPRD Garut Untuk Korban Kebakaran di Cigagade

(Jajang ab)