Alih Fungsi Lahan Basah Jadi Pabrik,Tembok Pembatas PT.UNI di Cbatu Roboh:Ade Sudrajat soroti Kebijakan Lingkungan

News20 Dilihat

 

Portal Warta Bela Negara Garut, 18 Maret 2025 – Kabupaten Garut, yang dikenal dengan keindahan alam dan kesejukan udaranya, kini menghadapi ancaman serius akibat perubahan fungsi lahan yang tidak terkendali. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah proyek pembangunan pabrik PT Ultimate Noble Indonesia (PT UNI) di kawasan Cibatu.

PT UNI, yang bergerak di sektor industri, diketahui telah mengalihkan fungsi lahan basah menjadi kawasan pabrik. Keputusan ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk aktivis lingkungan Ade Sudrajat. Menurutnya, kebijakan tersebut berpotensi merusak ekosistem dan memicu bencana alam.Alih Fungsi Lahan Basah Jadi Pabrik,Tembok Pembatas PT.UNI di Cbatu Roboh:Ade Sudrajat soroti Kebijakan Lingkungan

Alih Fungsi Lahan: Ancaman bagi Lingkungan

Dalam wawancara dengan awak media di Jalan Patriot 07, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Ade Sudrajat menegaskan bahwa proses alih fungsi lahan seharusnya mempertimbangkan dampak lingkungan. Lahan basah berperan penting sebagai area resapan air dan habitat flora serta fauna. Ketika kawasan ini berubah menjadi industri, keseimbangan ekosistem terganggu, daya serap tanah berkurang, dan risiko banjir serta longsor meningkat.

“Kita sudah sering melihat dampak buruk dari alih fungsi lahan yang sembarangan. Ketika tanah yang seharusnya menyerap air hujan diganti dengan beton dan aspal, maka risiko bencana seperti banjir dan longsor menjadi lebih besar,” ujar Ade.

Robohnya Tembok Pembatas Pabrik PT UNI: Bukti Kegagalan Kebijakan

Kekhawatiran aktivis lingkungan akhirnya terbukti ketika tembok pembatas pabrik PT UNI di Cibatu roboh akibat hujan deras. Tanah yang tidak lagi memiliki daya serap optimal tak mampu menahan air, sehingga memicu kerusakan infrastruktur.

“Ini adalah contoh nyata dari kebijakan yang mengabaikan aspek lingkungan. Jika lahan basah tetap dipertahankan, kejadian seperti ini bisa dicegah,” lanjut Ade. Ia juga menambahkan bahwa robohnya tembok ini bukan hanya merugikan lingkungan, tetapi juga pihak perusahaan yang kini harus menanggung kerugian akibat kerusakan infrastruktur.

BACA JUGA  Kunjungan Peduli Kemanusiaan DPC GBNN GOWA

Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Masyarakat

Selain berdampak pada lingkungan, perubahan fungsi lahan juga membawa konsekuensi sosial dan ekonomi bagi masyarakat Garut. Banyak warga yang sebelumnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian kini kehilangan sumber penghasilan mereka.

“Keberlanjutan ekonomi masyarakat terganggu. Mereka yang dulu bisa bertani kini harus beradaptasi dengan lingkungan industri yang tidak menjamin keberlangsungan hidup mereka,” tutur Ade.

Dengan kejadian ini, para pemerhati lingkungan mendesak pemerintah daerah dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan dampak ekologis sebelum mengizinkan alih fungsi lahan. “Kita tidak bisa terus mengorbankan alam demi pembangunan yang tidak berkelanjutan,” pungkas Ade Sudrajat.

(Taofik Hidayat)