Portal warta bela negara Garut-28 April 2025
Oleh: Holil Aksan Umarzen
Pinisepuh MMS, Majelis Musyawarah Sunda
Indonesia, dengan kekayaan budaya, suku, dan agama, masih menghadapi tantangan ketimpangan sosial dan ekonomi, terutama antara WNI keturunan Cina dan Yaman/Tarim dengan warga pribumi. Melalui tulisan berjudul “Wariskan Mata Air, Jangan Air Mata”, Holil Aksan Umarzen menyerukan pentingnya mewariskan keberkahan dan keadilan sosial kepada generasi mendatang.
Data BPS 2020 menunjukkan, meskipun hanya 2,8% dari populasi, komunitas Cina menguasai sebagian besar sektor ekonomi strategis. Sementara komunitas Habib dari keturunan Yaman berpengaruh besar dalam ranah sosial-keagamaan. Kedua komunitas ini, meski berkontribusi positif, juga memunculkan kesenjangan yang perlu diatasi.
Penulis menekankan pentingnya pendidikan, penguatan ekonomi mikro, reformasi kebijakan, dan penguatan identitas nasional untuk mengurangi kesenjangan. Ia juga mendorong seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah, untuk membangun Indonesia yang adil, makmur, dan bersatu dalam keberagaman.
“Wariskan mata air keberkahan, bukan air mata penderitaan,” pungkas Holil, seraya mengajak semua pihak menjaga persatuan dan keadilan demi masa depan Indonesia.
(Undang Wiga)